Malam itu, hari Minggu 4 Juli 2021 selepas Isya, istri saya mendapat pesan WA dari salah satu sahabat kami. Dia bercerita tentang kondisi tubuhnya yang kurang sehat, suhu tubuhnya tinggi disertai batuk. Selain itu, dia juga merasakan sesak ketika bernapas.
Yang terbersit dalam benak saya adalah "Ini sangat mirip gejala Covid-19", namun saya berusaha tetap tenang dan berpikir positif. Lalu saya coba menenangkan dia, dan mengajak dia berdiskusi tentang mempertimbangkan untuk menghubungi pihak petugas kesehatan atau Satgas Covid-19.
Saya dan istri bisa saja langsung berangkat ke tempat tinggal sahabat saya tersebut, berhubung dia tinggal sendiri di kost-an. Namun, situasi saat itu dalam keadaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa Bali, kebijakan ini diberlakukan oleh Pemerintah akibat grafik pasien terkonfirmasi Covid-19 yang melonjak drastis, sehingga kami harus mempertimbangkan kembali mendatangi tempat tinggal sahabat kami tersebut yang sedang dalam keadaan sakit dengan gejala Covid-19. Kami tidak boleh ceroboh.
Dalam diskusi dengan sahabat kami tersebut, kami menawarkan untuk dipanggilkan petugas kesehatan atau Satgas Covid-19, agar petugas dapat mendatangi dan memeriksa keadaan sahabat kami tersebut di rumahnya. Namun sayangnya dia keberatan, dia melarang kami untuk memanggil petugas kesehatan atau Satgas Covid-19, "Jangan panggil Satgas, Takut!" larangnya.
Percakapan di pesan WA pun berakhir dengan pesan penutup kami agar dia segera menghubungi kami jika memerlukan bantuan. Pada Senin malam, tanggal 5 Juli 2021 dia mengirim pesan di salah satu grup WA, isi pesannya adalah menanyakan informasi tempat penyewaan tabung oksigen di daerah kami, beberapa teman di grup pun memberikan informasi.
Sahabat saya tersebut belum pernah melakukan vaksinasi, dulu ketika pegawai pemerintahan mendapat giliran vaksinasi, keadaan tubuhnya sedang tidak memenuhi syarat untuk divaksinasi. Sekitar satu minggu yang lalu, dia menanyakan perihal informasi tempat yang mengadakan vaksinasi, namun sepertinya dia belum sempat melakukannya.
Pada pukul 00.39 WIB, hari Selasa tanggal 6 Juli 2021, salah seorang teman kami mengabarkan kabar duka bahwa sahabat kami tersebut telah meinggal dunia. Saya terhenyak dan tak percaya, karena saya berpikir bahwa sahabat kami tersebut orang yang sehat, dia juga merupakan runner yang rajin mengikuti event lari.
Lalu saya mencari informasi lebih lanjut, dan akhirnya saya mendapatkan informasi dari salah satu teman kami yang mendatangi Rumah Sakit di mana sahabat kami dirawat sebelum meninggal. Saya tidak tahu kapan dan siapa yang membawa sahabat saya tersebut ke Rumah Sakit. Menurut informasi, sahabat saya tersebut meninggal akibat kekurangan oksigen, karena saat itu memang terjadi kelangkaan oksigen di mana-mana. Dan lebih mengejutkan lagi saya mendapat informasi bahwa yang bersangkutan terkonfirmasi positif Covid-19.
Dari kejadian ini saya banyak mendapat pelajaran berharga. Betapa pentingnya keterbukaan mengenai kondisi tubuh, jangan ditutup-tutupi, apabila merasa tidak enak badan terlebih gejala yang dirasakan sama dengan gejala Covid-19, segera meminta bantuan petugas kesehatan atau Satgas Covid-19 untuk segera mendapat penanganan intensif. Kita juga yang berada di sekitar penderita harus tanggap dan tidak boleh apatis, demi kebaikan bersama.
Mungkin memang banyak oknum yang berusaha mengambil keuntungan pribadi dari Pandemi Covid-19 ini, mungkin juga banyak yang menyebarkan informasi sesat tentang Pandemi ini, tapi jangan sampai kita menganggap bahwa Pandemi Covid-19 ini hanyalah setingan. Covid-19 nyata! Sahabat saya sendiri telah menjadi salah satu korbannya.
0 Comments:
Posting Komentar