Gambar: Arra |
Setelah kita berhasil mendapatkan pekerjaan, kita akan
merasa itu adalah hal yang terindah, terlebih jika pekerjaan itu sesuai dengan
keinginan kita. Seakan semua perjuangan yang kita jalani selama ini telah
berakhir, dan saatnya menuai hasil dari jerih payah kita.
Tapi sesungguhnya “pertempuran” baru saja dimulai, karena
dunia kerja adalah perjuangan sesungguhnya dalam sebuah perjalanan karir.
Dedikasi, kontribusi, Improfisasi, Realisasi, Progresifitas, Kreatifitas,
Inisiatif dan hal-hal lain yang bersifat membangun adalah mutlak harus selalu
diutamakan.
Dalam perjalanan karir, kita akan mendapat hal baru yang
bisa kita ambil sebagai pelajaran positif untuk diri kita, tapi akan sangat
banyak pula tantangan atau masalah yang akan kita dapatkan. Saat masalah yang
datang itu masih bisa kita atasi, maka kita akan menganggap itu sebagai
pelengkap dari perjalanan. Tapi jika waktunya masalah yang datang terasa begitu
berat dan sangat sulit untuk diselesaikan, maka itu akan menjadi mimpi buruk
yang akan setia merusak hari-hari kita yang seharusnya indah.
“Life is never flat...!” saya pinjam ungkapan itu sebagai penegasan.
Seseorang yang menjadi pelaku dalam dunia kerja akan
mengalami pertaruhan yang sangat rumit ketika berada dalam tekanan kerja. Dalam situasi yang ekstrim, jalan pikiranpun
akan ‘bermanufer’ untuk berusaha keluar dari tekanan, tapi jika posisi sudah
benar-benar terpojok, Keputusan yang yang sebelumnya tidak pernah terpikirpun
akan diambil, bahkan akan menjadi sebuah obsesi yang harus diwujudkan. Dan pada
akhirnya kenangan saat berjuang untuk mendapatkan pekerjaanpun harus
dihapuskan.
Resign...ya...itulah
satu kata yang terdengar begitu sederhana tetapi akan begitu sangat rumit
ketika seseorang sedang berada dalam proses pengambilan keputusan ini. Kata
yang seakan menjadi anticlimax atas obsesi karir seseorang.Tidak dapat
dipungkiri jika keputusan Resign akan
sangat berdampak pada kelanjutan hidup para pelakunya. Baik buruknya akibat itu
ditentukan dari Latar belakang
pengambilan keputusan, Pertimbangan yang matang saat akan memutuskan, dan Merencanakan
kelanjutan karir setelah keputusan diambil.
Latar belakang
pengambilan keputusan ...iya lah, pasti akan ada latar belakang atau sebab
kenapa seseorang sampai mengambil keputusan untuk Resign. Dari internal pekerjaan ada beberapa alasan seperti selalu
mendapat tekanan dari atasan karena dinilai hasil kerja yang tidak memuaskan,
kontribusi yang selalu tidak dihargai oleh Pimpinan, gaji yang dinilai tidak
sepadan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, waktu kerja yang terlalu panjang
dari standar kewajaran, rekan kerja yang selalu menggaggu contohnya selalu
mencari-cari kesalahan sehingga kita merasa tidak nyaman saat bekerja, atau
bahkan pola kerja yang tidak pasti sehingga kita merasa tidak berkontribusi dan
akhirnya kita merasa kehardiran kita disana sudah tidak dianggap lagi.
Adapun alasan yang berasal dari eksternal pekerjaan misalnya
Alasan kesehatan, pindah tempat tinggal, melanjutkan studi, ada kesempatan
kerja yang lebih baik di tempat lain yang lebih cocok dengan keahlian dan latar
belakang pendidikan kita, atau ingin membangun usaha sendiri. Sebenarnya banyak
sekali faktor yang menjadi pertimbangan
seorang pekerja dalam memutuskan untuk resign,
dan beberapa contoh diatas bisa
dijadikan faktor yang menurut saya masuk akal sebagai dasar dalam mengambil
keputusan.
Pertimbangan yang
matang saat akan memutuskan. Menurut saya ini sangat penting, mengkaji
kembali persoalan yang akan kita jadikan sebagai alasan, akan membuat kita cerdas
dalam mengambil keputusan. Sebaiknya jika alasan itu hanya berdasar pada emosi
dan sakit hati semata, lebih baik pertimbangkan lagi keputusan untuk resign.
Merencanakan
kelanjutan karir setelah keputusan diambil. Bagaimanapun hidup harus tetap
berlanjut, dan untuk melanjutkan hidup kita harus mempunyai penghasilan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan kita. Terlebih untuk kita menjadi tulang punggung
kehidupan untuk orang lain. Karena jika kita memutuskan untuk resign, itu berarti kita sudah
kehilangan salah satu sumber penghasilan. Maka dari itu lebih baik jangan
terburu-buru mengambil keputusan jika kita belum tahu dengan apa yang akan kita
lakukan setelah keputusan diambil.
“...If it’s yours,
Than it’s yours...” saya sangat setuju dengan ungkapan Pandji Pragiwaksono dalam salahsatu E-Book-nya itu, karena kita
memang harus yakin bahwa rejeki setiap orang sudah diatur oleh Tuhan, tinggal
kita sebagai manusia harus berusaha untuk menjemputnya. Tapi itu bukan berarti
kita bisa seenaknya saja menyikapi suatu persoalan. Saya rasa kita semua sudah mengerti
itu, tapi terkadang kita yang tidak mau mengerti.
Oke...ini hanya cerita saya dengan beberapa sahabat, kami
hanya ingin sharing mengenai
pengalaman kami. So...be your self...karena
salahsatu hal yang paling mengenangkan adalah saat kita berada di lingkungan
yang membuat kita nyaman.
0 Comments:
Posting Komentar