Gambar: Arra |
Sebelum Nenek ku naik ke motor, saya beri dia pertanyaan
dulu “Nek, helm-nya mau dipake sekarang?”, Spontan ia balik bertanya “Bakal
ada Polisi ga’ ya???”. “Setau saya sih jalan yang bakal kita gunain sekarang ga
pernah dijaga Polisi Nek...!!!” jawab saya dengan alis terangkat. Lalu dengan
santainya Nenek ku menjawab “Oo kalo begitu ga usah pake helm deh, toh ga ada
Polisi yang jaga ko’!!!”. Oke...masalah
selesai, intinya saya tidak mau melawan orang tua hehehe. Saya pernah mencoba
memberi pertanyaan tentang helm kepada orang-orang tanpa melihat umur, jawaban
sebagian besar dari merekapun senada dengan jawaban Nenek saya barusan..."karena
Polisi".
Absurd...itu yang
ada dalam pikiran saya disepanjang perjalanan menuju tempat praktek Dokter.
Merasa seperti itu karena saya telah mendengar untuk kesekian kalinya satu
jawaban yang menurut saya merupakan jawaban paling fenomenal atas sebuah
pertanyaan sekarang ini. Hehe...berlebihan memang, tapi akan lebih berlebihan
lagi jika alasan memakai helm karena takut oleh Polisi, Apa itu...apa
coba...APA...??!!. Maaf bukannya marah-marah, Cuma emosi.
Separah itukah ‘pergeseran’ paradigma sebagian besar
masyarakat (Indonesia) terhadap helm saat ini?, ahh, sepertinya saya tidak
terlalu cerdas untuk bisa menjawabnya. Tapi bagaimanapun kita tidak bisa
terlalu menghakimi, karena banyak juga masyarakat yang merasa peduli akan
fungsi sebenarnya dari helm itu sendiri. Adapun golongan masyarakat yang ‘tidak
peduli’ karena memang tidak pernah berurusan dengan benda ini, orang-orang
dengan mobil pribadi sebagai alat transportasi mereka misalnya.
Benda yang pertama kali ditemukan pada zaman Yunani Kuno ini
awalnya diciptakan untuk perlengkapan perang Prajurit bangsa Yunani kuno. Lebih
spesifik nya lagi sebagai alat untuk melindungi bagian kepala para Prajurit
dari serangan senjata musuh saat berperang. Seiring berjalannya waktu
kepupuleran helm pun semakin menanjak. Penggunaan helm sebagai salahsatu
perlengkapan perang pun mulai diadopsi oleh Bangsa Eropa hingga ke Asia seperti
Jepang. Tapi sekitar Abad ke-18
kepopuleran helm mulai redup seiring dengan terciptanya jenis senjata api.
Banyak negara yang tidak lagi melengkapi
Prajuritnya dengan helm, karena alasan helm dinilai tidak efektif lagi menahan
serangan dari senjata api.
Tapi pada era Napoleon,
helm mulai dipergunakan kembali sebagai salahsatu perlengkapan perang, tentunya
setelah mengalami modifikasi pada bahan dan bentuk yang dirancang untuk menahan
hantaman peluru senjata api. Sejak saat itu popularitas helm sebagai alat
pertahanan kembali bersinar, hampir semua negara di dunia mulai menggunakannya
kembali hingga saat ini..
Terus...jika fungsi awal dari helm itu adalah sebagai
salahsatu perlengkapan perang, ko’ sekarang bisa jadi salah satu safety standard berkendara?. Oke...saya
mulai Googling lagi deh. Lalu saya menamukan sebuah artikel dari Web-nya
Wikipedia yang menjelaskan bahwa asal mula helm motor itu karena merujuk pada
penelitian seorang Neurosurgeon (Ahli
bedah syaraf) bernama Hugh Cairns.
Ia menangani seorang korban kecelakaan motor bernama Thomas Edward Laurence yang merupakan seorang Arkeolog besar
Inggris pada Tahun 1935. Setelah itu penelitian Hugh Cairns pada para korban kecelakaan motorpun terus berlanjut . Ia menemukan bahwa penyebab utama terjadinya
kemataian pada para korban kecelakaan motor adalah karena luka parah pada
bagian kepala. Dari hasil survey itulah mulai diberlakukan pelindung kepala
untuk para pengendara motor, dan terbukti solusi itu sanggup menurunkan angka
kematian yang diakibatkan kecelakaan motor itu sendiri.
Udahan ah so’ tau nya!!!, itu hanya sekilas info saja
tentang fungsi hakiki dan betapa pentingnya menggunakan helm dalam situasi
dimana kita membutuhkannya.
Kembali lagi pada pemahaman sebagian besar masyarakat
terhadap helm, saya berharap bisa mendengar jawaban yang lebih masuk akal dari
mereka saat ditanya soal helm ini. Karena jika situasi tetap seperti ini,
khawatir generasi selanjutnya akan benar-benar tidak tahu akan fungsi utama
helm. Mereka akan menjadi pengendara yang mempunyai karakter diantara ‘Pemberani’ atau sengaja membodohi
diri sendiri. Mereka akan lebih menghargai uang yang tak seberapa dibanding
nyawa mereka. Dan mereka seakan tidak mengerti jika celaka itu bisa terjadi
pada siapa, dimana dan kapan saja, tidak selalu terjadi hanya didepan muka
Bapak Polisi.
Itu hanya sepenggal kegelisahan saya akan sesuatu yang kerap
dianggap remeh. Tapi oke lah, daripada saya terus menggerutu atas bangsa saya
sendiri, boleh kali ya saya menganggap fenomena ini sebagai ke-absurd-an masyarakat kita?, karena memang
‘Level Atas’ negri ini juga sudah begitu ‘menggelikan’.
Tapi sebelum saya pamit, saya ingin memberi masukan pada para aktifis yang mensosialisasikan penggunaan helm agar dapat memberikan penyuluhan dengan sejelas mungkin, jangan sampai terjadi hal seperti ini karena akan menimbulkan dua persepsi, (1.) membentuk orang menjadi kreatif atau (2.) membuat orang menjadi 'sakit'. Tapi jika seperti ini, lebih cenderung pada nomor dua deh!. :p
“YA AMPUN... LUPA NGEJEMPUT NENEK!!!” WUZZZZ...!!!
Thanks for this nice informative blog. Really too impressing.
BalasHapus.
BalasHapus